Terbaru
Jumat, Februari 06, 2009
Orang jujur masih banyak (Cerita Ponsel yang Hilang)
INDRA - POSTAR
INDRA - Bukan ingin ngebahas tentang kejujuran, tapi ingin sedikit berbagi cerita mengenai orang jujur yang ternyata masih banyak di dunia ini. Beberapa hari yang lalu ketika saya pulang dari puncak Bogor setelah mengikuti acara Training Postar, saya diantar oleh teman saya sampai Ciawi dan langsung naik angkutan umum berniat untuk langsung pulang ke Sukabumi.
Didalam angkot yang sangat berdesakan saya menikmati perjalanan dan sekaligus melepas lelah dengan menyenderkan punggung di kursi angkot sebelah tengah.
Tanpa terasa ponsel yang ada dalam saku celana saya sudah raib entah kemana, perasaan kehilangan itu muncul ketika sudah sampe di Cicurug (perbatasan Bogor Sukabumi) setelah sadar ponsel sudah tak ada, saya tengok ke semua penumpang yang ada di dalam angkot semuanya tertidur kecuali satu bapak tua yang melek. Dengan rasa nggak enak saya tanya dia "Pak lihat hp jatuh nggak..?" dengan muka sinis si bapak tua itu menggelengkan kepala.
Sempat jadi beban pikiran dalam hati saya, karena ponsel yang hilang itu banyak menyimpan memori nomor telpon orang-orang penting dan nomor saya pun sudah tersebar kemana-mana hampir 3,5 tahun saya tak pernah gonta-ganti nomor. Tapi, yang namanya kehilangan. Saya pun kalau dalam keadaan seperti ini ikut faham Jabariyyah "mungkin sudah waktunya, mungkin sudah takdir".
Sesampainya di rumah, saya ceritakan kejadian kehilangan ponsel pada keluarga dan langsung saya telpon ponsel saya dari telpon rumah. "hallo..." ponselnya pun diangkat "halo.." pemegang ponsel saya tidak menjawab. Akhirnya saya berkesimpulan ponsel saya sudah di copet.
Satu jam kemudian telpon rumah saya berdering dan terdengar suara ibu-ibu. Beliau mengatakan bahwa adiknya yang kerja di Bogor ketika pulang ke rumah di angkot menemukan ponsel, terus adiknya bingung mau di umumin takut ada orang yang bukan pemiliknya mengaku-ngaku akhirnya ponselnya di bawa ke ibu itu yang tak lain adalah kakaknya.
Lalu ibu menanyakan alamat saya untuk mengantarkan ponsel itu, tapi saya menolaknya karena dengan kejujurannya pun itu sudah luar biasa mulia apalagi punya niat untuk mengembalikan ke pemilik ponselnya. Subhanallah...
Keesokan harinya ketika semuanya sudah jelas, saya berangkat mengendarai sepeda motor menuju perkampungan yang ada di Cicurug ke rumah ibu baik hati itu. Sesampainya disana, terlihat tiga anaknya yang masih kecil kaget dengan kedatangan saya. Lalu ibu itu menyambut dan mempersilahkan saya masuk.
Tanpa basa basi langsung ke topik permasalahan, dan ibu itu pun mengembalikan ponsel yang ternyata bukan di copet tapi terjatuh ketika sedang tertidur di mobil. Jadi gak enak udah suudzon ama copet he.. Dan saya bersalaman dengan ibu itu untuk pamit sambil menyelipkan amplop yang sudah terisi tentunya sebagai rasa terimakasih saya karena ternyata orang jujur itu masih banyak.
Didalam angkot yang sangat berdesakan saya menikmati perjalanan dan sekaligus melepas lelah dengan menyenderkan punggung di kursi angkot sebelah tengah.
Tanpa terasa ponsel yang ada dalam saku celana saya sudah raib entah kemana, perasaan kehilangan itu muncul ketika sudah sampe di Cicurug (perbatasan Bogor Sukabumi) setelah sadar ponsel sudah tak ada, saya tengok ke semua penumpang yang ada di dalam angkot semuanya tertidur kecuali satu bapak tua yang melek. Dengan rasa nggak enak saya tanya dia "Pak lihat hp jatuh nggak..?" dengan muka sinis si bapak tua itu menggelengkan kepala.
Sempat jadi beban pikiran dalam hati saya, karena ponsel yang hilang itu banyak menyimpan memori nomor telpon orang-orang penting dan nomor saya pun sudah tersebar kemana-mana hampir 3,5 tahun saya tak pernah gonta-ganti nomor. Tapi, yang namanya kehilangan. Saya pun kalau dalam keadaan seperti ini ikut faham Jabariyyah "mungkin sudah waktunya, mungkin sudah takdir".
Sesampainya di rumah, saya ceritakan kejadian kehilangan ponsel pada keluarga dan langsung saya telpon ponsel saya dari telpon rumah. "hallo..." ponselnya pun diangkat "halo.." pemegang ponsel saya tidak menjawab. Akhirnya saya berkesimpulan ponsel saya sudah di copet.
Satu jam kemudian telpon rumah saya berdering dan terdengar suara ibu-ibu. Beliau mengatakan bahwa adiknya yang kerja di Bogor ketika pulang ke rumah di angkot menemukan ponsel, terus adiknya bingung mau di umumin takut ada orang yang bukan pemiliknya mengaku-ngaku akhirnya ponselnya di bawa ke ibu itu yang tak lain adalah kakaknya.
Lalu ibu menanyakan alamat saya untuk mengantarkan ponsel itu, tapi saya menolaknya karena dengan kejujurannya pun itu sudah luar biasa mulia apalagi punya niat untuk mengembalikan ke pemilik ponselnya. Subhanallah...
Keesokan harinya ketika semuanya sudah jelas, saya berangkat mengendarai sepeda motor menuju perkampungan yang ada di Cicurug ke rumah ibu baik hati itu. Sesampainya disana, terlihat tiga anaknya yang masih kecil kaget dengan kedatangan saya. Lalu ibu itu menyambut dan mempersilahkan saya masuk.
Tanpa basa basi langsung ke topik permasalahan, dan ibu itu pun mengembalikan ponsel yang ternyata bukan di copet tapi terjatuh ketika sedang tertidur di mobil. Jadi gak enak udah suudzon ama copet he.. Dan saya bersalaman dengan ibu itu untuk pamit sambil menyelipkan amplop yang sudah terisi tentunya sebagai rasa terimakasih saya karena ternyata orang jujur itu masih banyak.
0 Komentar Pembaca (reader comment) to "Orang jujur masih banyak (Cerita Ponsel yang Hilang)"
Posting Komentar