Terbaru

Selasa, Agustus 19, 2014

(4) Comments

Objek Pendidikan Islam

INDRA - POSTAR

Sejalan dengan misi agama Islam yang bertujuan memberikan rahmat bagi sekalian makhluk di ala mini, pendidikan Islam mengidentifikasikan sasarannya pada empat pengembangan fungsi manusia, yaitu.

1.  Menyadarkan manusia sebagai makhluk individu, yaitu makhluk yang hidup di tengah makhluk-makhluk lain, manusia harus bisamemerankan fungsi dan tanggung jawabnya, manusia akan mampu berperan sebagai makhluk Allah yang paling utama di antara makhluk lainnya dan memfungsikan sebagai khalifah di muka bumi ini. Malaikat pun pernah bersujud kepadanya, karena manusia sedikit lebih tinggi kejadiannya dari malaikat yang hanya terdiri dari unsur-unsur rohaniah, yaitu nur Ilahi. Manusia adalah makhluk yang terdiri dari pepaduan unsure-unsur rohani dan jasmani.

2) Roger A. Kaufman, Educational System Planning, hlm. 2-3
3) DR. Mohammad Fadhil al-Tarbiyah al-Insan al-Jadid, hlm. 99
Firman Allah menunjukan kedudukan manusia tersebut sebagai berikut :

“Tatkala tuhanmu berkata kepada malaikat: Aku menciptakan manusia dari tanah liat maka ketika Aku sempurnakan kejadiannya dan Aku tiupkan kepadanya roh (ciptaan) Ku maka hendaklah kamu bersujud kepada Nya.” (QS. Shaad: 71-72).

Di tengah-tengah makhluk yang lain, Allah memberikan kepada manusia suatu kedudukan yang lebih tinggi.

“Dan sesungguhnya telah Kami muliahkan anak-anak Adam dan Kami ankut mereka itu melalui daratan dan lautan serta Kami berimereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS. Al Isra’: 70).

Beban tanggung jawab terhadap dirinya dan masyarakat sebagai konsekuensi kedudukan dinyatakan oleh Allah dalam firman-Nya:

Barang siapa yang berbuat sesuai dengan hidayah-Nya maka sesungguhnya ia berbuat keselamatan terhadap dirinya; dan barang siapa berbuat sesat maka sesungguhnya ia tesesat bagi dirinya sendiri dan seseorang yang berdosa itu tidak dapat memikulkan beban dosanya kepada orang lain, dan kami tidak akan memberikan azab sebelum kami mengutus seseorang utusan (Rasul).” (QS. Al Isra’: 15).

2. Menyadarkan fungsi manusia sebagai makhluk social. Sebagai makhluk social (Homo sosius) manusia harus mengadakan interrelasi dan interaksi dengan sesamanya dalam kehidupan bermasyarakat. Itulah sebabnya Islam mengajarkan tentang persamaan, persaudaraan, gotong royong, dan musyawarah sebagai upaya membentuk masyarakat menjadi suatu persekutuan hidup yang utuh. Prinsip hidup bermasyarakat demikian dikehendaki oleh Allah dalam firman-Nya.

“Sesungguhnya umatmu itu adalah umat yang satu dan Aku adalah Tuhan-mu maka sembahlah Aku.” (QS. Al Anbiya: 92)

“Bepeganglah kamu semuanya pada tali Allah dan janganlah kamu berpecah belah … “ (QS. Ali Imra: 103)
“Sesungguhnya semua orang mukmin itu adalah bersaudara.” (QS. Al Hujurat: 10)

“Dan sesungguhnya dari tanda kebesaran-Nya adalah kejadian langit dan bumi dan berbeda-beda bahasa kamu serta warna kulitmu, sesungguhnya di dalam hal demikian itu terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui.” (QS. Ar-Ruum: 22)

 
3. Menyadarkan, manusia sebagai hamba Allah SWT. Manusia sebagai Homo divinans (makhluk yang berketuhanan), sikap dan watak religiusitasnya perlu dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu menjiwai dan mewarnai kehidupannya. Dalam fitrah manusia telah diberi kemampuan untuk beragama. Hal ini sebagaimana pendapat seorang sarjana Barat, C.G. Jung, yang memandang kemampuan beragama sebagai naturaliter religiosa (naluri beragama0.
Firman Allah yang menyadarkan posisi manusia sebagai hamba-Nya yang harus beribadah kepada-Nya antara lain : 


“(yang memiliki sifat-sifat) demikian itu adalah Allah Tuhanmu, tidak ada Tuhan selain Dia pencipta segala sesuatu maka sembahlah Dia, dan Dia adalah pemelihara segala sesuatu, dia tidak dapat dijangkau oleh daya penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan, dan Dialah yang Maha Kuasa lagi Mengetahui.” (QS. Al An’aam: 102-103).
Dengan kesadaran demikian, manusia sebagai khalifah di atas bumi dan yang terbaik di antara makhluk lain akan mendorong untuk melakukan pengelolahan serta mendayagunakan ciptaan Allah untuk kesejahteraan yang diperolehnya itu digunakan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan hidup di akhirat.
Selain itu, dalam kejadian alam ciptaan Allah ini terkandung rahasiayang akan memberikan cakrawala ilmu pengetahuan hikmah-hikmah yang tinggi bagi manusia. Oleh karena itu, terserah kepada manusiasendiri, bagaimana cara mengungkapkan rahasia tersebut. Sudah tentu factor akal budi (ratio), sangat menentukan mampu atau tidaknya manusiamenggalidan mengungkapkan rahasia-rahasia alam tersebut. Untuk itu factor kegiatanbelajar dan mengajar merupakan pangkal tolak dari kemampuan tersebut di atas.
Dalam hubungan ini, Allah telah menunjukan dalam firman-Nya, antara lain :
 
“Sesungguhnya Allah menumbuhkan butir-butir tumbuhan dan biji buah-buahan. Dan mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, (yang memiliki sifat-sifat demikian itu) ialah Allah maka mengapa kamu masih juga berpaling daripada-Nya.” (QS. Al An’aam: 95)
Dialah yang menyiapkan pagi dan menjadikan malam untuk beristirahat dan (menjadikan) matahari dan bulan untuk perhitungan, itulah ketentuan Allah yang Maha Perkasa Lagi Maha Mengetahui. (QS. Al An’aam: 96)
Dan Dialah yang menjadikan bintang-bintang untukmu agar kamu menjadikannya petunjuk dalam kegelapan di darat dan dilautan. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda-tanda kebesaran (Kami) kepada orang-orang yang mengetahui. (QS. Al An’aam: 97)
Di dalam kejadian ini terdapat sistem kerja yang teratur yang dapat diimitasi oelh manusia dalam usaha “menciptakan” alat-alat teknologi atau membuat sistem organisasi dan manajemen dalam masyarakat. Inilah suatu suprasistem daru Tuhan yang mengandung kebenaran dan dapat membahagiakan hidup makhluk-Nya.

Jumlah Pengunjung Berbagai Negara

Indra's Blog Visitor
Profil Facebook Stif Blass

Sponsored Links