Terbaru

Sabtu, Desember 17, 2011

(0) Comments

Komunikasi Sosial dalam Jual Beli

INDRA – Sengaja saya menulis judul diatas karena situasi sosial yang pernah saya alami. Jual beli pada umumnya adalah adanya persetujuan kedua belah pihak untuk melakukan suatu transaksi atau tukar menukar (Uang-Barang).

Pertama yang akan saya soroti adalah dari tempat jual beli, ada pasar tradisional dan Moderen. Saya coba membandingkan jika pasar tradisional atau penjual menengah kebawah selalu ada komunikasi dua arah antara penjual dan pembeli. Maka lain hal dengan pasar modern yang menawarkan harga yang sudah di bandrol atau tidak dapat ditawar. Disini lah perbedaan yang saya maksudkan.

Kebetulan saya bukan orang ekonomi, tetapi peduli dengan situasi ekonomi di Negara ini, mudah-mudahan ada gambaran untuk pembaca supaya tidak tertipu oleh sistem ekonomi kapitalis yang cendrung membuat kita menjadi konsumeris.

Seiring perkembangan zaman, kalau pada zaman romawi kuno jual beli dilakukan dengan tingkat komunikasi sosial yang tinggi, maka sekarang berbeda. Biasanya harga sudah di patok dan tak ada tawar menawar.

Realita Sosial di Indonesia

Saat ini banyak pengusaha kecil menengah tidak bisa mengalami kemajuan yang signifikan karena kalah dengan pengusaha-pengusaha besar. Contoh, warung-warung sembako, pedagang kaki lima, dan banyak lagi. Sementara pengusaha besar seperti minimarket-minimarket kecil tersebar hampir di pelosok-pelosok daerah bahkan di desa sekalipun.

Coba anda bandingkan, belanja di warung-warung kecil dan belanja di mini market terasa perbedaannya. Jika di mini market atau di mall harga tidak dapat di tawar tetapi kalau di warung kita bebas menawar. Hal ini lah yang menurut saya komunikasi sosial yang tercipta selama ini.

Sebagai pembeli, tentu kita tahu jika kita membeli langsung dari penjual/yang punya warung berarti yang di untungkan adalah warga yang punya warung. Akan tetapi kalau di minimarket, anda tahu siapa di balik layarnya? dan orang itulah yang untung. Lantas kalau semua pembeli beralih ke minimarket bagaimana nasib pengusaha kecil menengah? Saya juga tidak tahu jawaban pastinya karena saya kurang faham masalah itu.

Akan tetapi menurut saya gaya hidup kita saat ini memang dipaksa untuk menjadi konsumeris oleh sistem ekonomi yang ada saat ini. Dengan banyak berdirinya Super Market, Mall, Minimarket, Tempat-tempat Hiburan dan semua hal yang membuat gaya hidup kita dipaksa harus ikut terbawa kedalamnya.

Bingung

Sebenarnya saya juga bingung dengan tulisan saya ini. Adakah yang faham. Padahal saya hanya inin menyampaikan satu cerita. Ketika saya belanja di pasar modern yang harganya sudah di patok, betapa serasa mudahnya kita. Tinggal ambil masukan keranjang, ambil masukan kerangjang, lihat ini itu ambil masukan keranjang lalu setelah itu kita bayar ke kasir dengan jumlah yang banyak, dan tanpa saya sadari saya sudah menjadi konsumeris. Setelah itu saya ke pasar tradisional untuk beli sayuran. Dan disana ada tukang sayuran kangkung yang memberikan harga 1 ikat kangkung seharga Rp. 1000 perak. Lalu tanpa sadar saya tawar 2 ikat kangkung dengan harga Rp.1500 perak, dan akhirnyapun seorang bapak renta si penjual kangkung pun meng-iya-kannya.

Antara tega dan tidak tega saya menawar. setumpuk kangkung yang tinggi dia jual, paling keuntungan si penjual hanya tak berapa. Tapi disinilah terjadi komunikasi sosial yang terjadi antara si penjual dan pembeli.

Sesampainya di rumah saya termenung, membandingkan cara belanja di dua tempat tersebut, dan tak sadar saya merasa sedih dengan sifat konsumeris saya dan terucap dalam hati “saya belanja di minimarket gak pake tawar menawar padahal saya nggak tahu siapa yang di untungkan sementara sama tukang sayuran kok tega ya…???????”.

Dari cerita di atas, kita bisa tahu kenapa kita menjadi bangsa konsumeris, yang kaya makin kaya yang menengah kebawah tertindas oleh system ekonomi kapitalis. Mudah-mudahan tulisan saya ada manfaatnya, mohon maaf kalau ada salah karena saya tidak ahli dalam bidang ini, hanya sharing cerita… See u….!!

Jumlah Pengunjung Berbagai Negara

Indra's Blog Visitor
Profil Facebook Stif Blass

Sponsored Links