Terbaru
Senin, Maret 16, 2009
Aliran Fenomenologi (Filsafat Masa Kontemporer )
INDRA - POSTAR
INDRA - Edmun Husserl (1859-1938) adalah pendiri aliran fenomenologi, ia telah empengaruhi pemikiran filsafat abad ke 20 ini secara amat mendalam. Fenomenologi adalah ilmu (logos) pengetahuan tentang apa yang tampak (phainomenon). Dengan demikian fenomenologi adalah ilmu yang mempelajari yang tampak atau apa yang menampakkan diri atau fenomenon. Bagi Husserl fenomena ialah realitas sendiri yang tampak, tidak ada selubung atau tirai yang memisahkan subjek dengan realitas, realitas itu sendiri yang tampak bagi subjek.
Dengan pandangan tentang fenomena ini Husserl mengadakan semacam revolusi dalam filsafat barat. Sejak Descartes, kesadaran selalu dimengerti sebagai kesadaran tertutup atau cogito tertutup, artinya kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui jalan itu mengenal realitas. Sebaliknya Husserl berpendapat bahwa kesadaran terarah pada realitas, “kesadaran bersifat intensional” sebetulnya sama artinya dengan mengatakan realitas menampakkan diri.
Dengan pandangan tentang fenomena ini Husserl mengadakan semacam revolusi dalam filsafat barat. Sejak Descartes, kesadaran selalu dimengerti sebagai kesadaran tertutup atau cogito tertutup, artinya kesadaran mengenal diri sendiri dan hanya melalui jalan itu mengenal realitas. Sebaliknya Husserl berpendapat bahwa kesadaran terarah pada realitas, “kesadaran bersifat intensional” sebetulnya sama artinya dengan mengatakan realitas menampakkan diri.
Anggapan para ahli tertentu lebih mengartikan fenomenologi sebagai suatu metode dalam mengamati,memahami, mengartikan, dan memaknakan sesuatu daripada sebagai pendirian atau suatu aliran filsafat. Dalam pengertian sebagai suatu metode, Kant dan Husserl mengatakan bahwa apa yang dapat kita amati hanyalah fenomena bukan neumenon atau sumbernya gejala itu sendiri. Denga demikian, terhadap hal yang kita amati terdapat hal-hal yang membuat pengamatannya tidak murni sehingga perlu adanya reduksi. Jadi, pengamatan biasa (natuerliche Einstellung) akan menimbulkan bias. Meskipun pengamatannya merupakan hal biasa pada manusia umumnya, namun tidak memuaskan filosof dan mereka yang menginginkan kebenaran secara murni (reine wessenschau). Adapun hal yang harus dilakukan adalah pertama-tama reduksi fenomenologi (phaenomenologische reduction) atau disebut juga reduksi epochal atau menjadikan apa yang bukan bagian saya (das nicht ich) menjadi bagian saya (dasa ich). Tiga hal yang perlu kita sisihkan dalam usaha menginginkan kebenaran yang murni, yaitu :
a. Membebaskan diri dari unsur subjektif,
b. Membebaskan diri dari kungkungan teori-teori, dan hipotesis-hipotesis,
c. Membebaskan diri dari doktrin-doktrin tradisional
Setelah mengalami reduksi tingkat pertama, yaitu reduksi fenomenologi atau reduksi epochal, fenomena yang kita hadapi menjadi fenomea yang murni, tetapi belum mencapai hal yang mendasar atau makna yang sebenarnya. Oleh karena itu perlu dilakukan reduksi kedua yang disebut reduksi eiditis. Melalui reduksi kedua, fenomena yang kita hadapi mampu mencapai inti atau esensi. Kedua reduksi tersebut adalah mutlak. Selain kedua reduksi tersebut terdapat reduksi ketiga dan yang berikutnya dengan maksud mendapatkan pengamatan yang murni, tidak terkotori oleh unsur apa pun, serta dalam usaha mencari kebenaran yang tertinggi.
Sumber Bacaan :
Rizal Muntansyir dkk, “Filsafat Ilmu”, Pustaka Pelajar, Yogyakarta : 2004,hlm 90-91
0 Komentar Pembaca (reader comment) to "Aliran Fenomenologi (Filsafat Masa Kontemporer )"
Posting Komentar