Terbaru

Jumat, Maret 13, 2009

(1) Comments

Mistisisme Dalam Sufistik

INDRA - POSTAR

INDRA - Mistisme dalam islam diberi nama tasawuf dan oleh kaum orientalis Barat disebut sufisme, yang mempunyai tujuan memperoleh hubungan langsung dan disadari dengan Tuhan, sehingga disadari benar bahwa seseorang berada dihadirat Tuhan. Intisarinya ialah kesadaran akan adanya komunikasi dan dialog antara roh manusia dengan Tuhan dengan mengasingkan diri dan berkotemplasi, kesadaran berada dengan Tuhan itu dapat mengambil bentuk ittihad, bersatu dengan Tuhan.

Tasawuf berasal dari kata sufi. Menurut sejarah, orang pertama yang memakai kata sufi adalah seorang Zahid bernama Abu Hasyim Al-Kufi di Irak. Adapun mengenai etimologi dari kata sufi, teori-teori berikut selalu dikemukakan, yaitu Ahl al-Saffahyaitu orang-orang yang yang ikut pindah dengan nabi dari Mekah ke Madinah, mereka tinggal di masjid nabi dan tidur diatas batu dengan memakai pelana atau suffah sebagai bantal, saf berarti pertama, sufi berarti suci, sophos kata Yunani yang berarti hikmat, dan suf yaitu kain wol yang dipakai kaum sufi. Dari lima teori diatas, teori nomor limalah yang banyak diterima sebagai asal kata sufi.

Sufisme adalah paham sufi atau paham tasawuf. Menurut Mr. G. B. J Hilerman dan Prof. Dr. P. Van De Woestijne, tasawuf atau sufisme adalah paham mistik dalam agama islam sebagainama taoisme di Tiongkok dan ajaran Yoga di India. Sedangkan menurut Dr. C. B. Van Haeringen, sufisme adalah aliran kerohanian mistik dalam agama islam.
Tasawuf adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa, menjernihkan akhlaq, membangun zahir dan batin, untuk memperoleh kebahagiaan abadi. Tasawuf pada awalnya merupakan gerakan zuhud dalam islam, dan da;lam perkembangannya melahirkan tadisi mistisme islam.

Dari uraian diatas dapat diambil pengertian tentang islam sufistik, yaitu islam yang penyampaian ajaran-ajarannya menggunakan pendekatan tasawuf atau ilmu sufi.

Latar Belakang

Teori-teori mengenai timbulnya aliran ini dalam islam berbeda-bea, diantaranya:

1) Pengaruh Kristen dengan faham menjauhi dunia dan hidup mengasingkan diri dalam biara-biara. Dikatakan bahwa Zahid dan sufi islam mninggalkan dunia, memilih hidup sederhana dan mengasingkan diri, adalah atas pengaruh cara hidup rahib-rahib Kristen ini.

2) Falsafah mistik Pythagoras yang berpendapat bahwa roh manusia bersifat kekal dan berada di dunia sebagai orang asing. Badan jasmani merupakan penjara bagi roh. Kesenangan roh yang sebenarnya ialah di alam samawi. Untuk memperoleh kesenangan ini, manusia harus membersihkan roh dngan meninggal hidup materi, yaitu zuhud, untuk selanjutnya berkontemplasi, inilah menurut pendapat sebagian orang, yang mempengaruhi timbulnya zuhud dan sufisme dalam islam.

3) Falsafah emanasi Plotinus yang mengatakan bahwa wujud ini memancar dari zat Tuhan Yang Maha Esa. Roh berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Tetapi dengan masuknya ke lam materi, roh menjadi kotor, dan untuk kembali ke tempat asalnya roh harusterlebih dahulu dibersihkan, yaitu dengan meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan sedekat mungkin. Dikatakan pula bahwa falafat ini mempunyai pengaruh terhadap munculnya kaum zahid dan sufi dalam islam.

4) Ajaran Budha dengan paham nirwananya, untuk mencapai nirwana, orang harus meninggalkan dunia dan memasuki hidup kontemplasi. Faham fana yang tdapat dalam sufisme hampir serupa dengan faham nirwana.

5) Ajaran-ajaran Hinduisme yang juga mendorong manusia untuk meninggalkan dunia dan mendekati Tuhan untuk mencapai persatuan Atman dan Brahmana.

Beberapa faham dan ajaran inilah yang menurut teorinya mempengaruhi timbul dan munculnya sufisme dikalangan umat islam. Namun benar tidaknya teori ini kurang dapat dibuktikan. Tetapi, dengan atau tanpa pengaruh dari luar, sufisme basi timbul dalam islam.

Ini dapat dibuktikan dengan danya ayat-ayat dan hadis yang mengatakan bahwa manusia dekat sekal dengan Tuhan. Yakni dalam surat al-Baqarah ayat186 yang artinya “jika hambaKu bertanya kepadamu tentang diriKu, maka Aku dekat dan mengabulkan seruan yang memanggil jika jika Aku dipanggil” dan ayat 115 “timur dan barat adalah kepuyaan Tuhan, kemana saja kamu berpaling disitu ada wajah Tuhan”, surat Qaf ayat 16 “elah kami ciptakan manusia dan kami tahu apa yang dibisikkan dirinya kepadaya. Kami lebih dekat kepada manusia daripada pembuluh darah yang ada dilehernya., dan surat al-Anfal ayat 17 “ bukanlah kamu tetapi Allahlah yang membunuh mereka, dan bukanlah engkau yang melontarkan ketika engkau melontar, tetapi Allahlah yang melontar. Arti dri hadis-hadis tersebut yaitu, yang pertama “orang mengetahui dirinya, itulah orang yang mengetahui”. Yang kedua yaitu “aku padamulanya adalah harta yang tersembunyi, kemudian Aku ingin kenal, maka Ku ciptakanlah makhluk dan melalui Aku merekapun kenal padaKu”.

Terlepas dari kemungkinan ada atau tidaknya pengaruh dari luar, arti ayat-ayat dan hadis-hadis diatas dapat membawa kepada timbulnya aliran sufi dalam islam.

Selain itu sufisme diprkirakan muncul pada abad I H. ia lahir sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap berbagai praktek yang sudah sangat menyimpang di masyarakat, terutama yang dilakukan oleh para penguasa di masa itu. Sufisme lahir sebagai bentuk kepedulian terhadap otentitas dan orisinilitas doktrin-doktrin islam. Tidak heran jika kemudian sufi, terutama yang ada di masa awal itu, diwatak hidup mulia, waak hidup yang tidak mencerinkan keangkuhan para penguaa dan kesombongan para penganut kehidupan hedonis. Sufisme muncul seiring kebangkitan pembaharuan yang semakin menguat dikalangan muslimpuritan, yang begitu bersemangan untuk mengembalikan pesan otentik dan suci dari wahyu kenabian.

Kemudian, dengan adanya peradaban yang akhir-akhir ini tengah memasuki masa-masa krisi bagi kualitas nilai kemanusiaan. Nilai-nilai kemanusiaan telah banyak diabdikan dan dikorbankan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, yang dianggap lebih objektif ketimbang agama dan kepercayaaan. Manusia seperti terhipnotis oleh atmosfer modernitas sehingga pola hidup manusia menjadi serba dilayani perangkat teknologi yang serba canggih dan otomtis, yang paa gilirannya akan membuat manusia lengah dan tidak menyadari bahwa dimensi spiritualnya terditorsi. Yang pada akhirnya menimbulkan kebangkitan spiritualitas.

Kebangkitan spiritualitas itu terjadi dimana-man, baik di Barat maupun di Dunia islam. Di dunia Barat, ditandai dengan semakin merebaknya gerakan fundamentalisme agama dan kerohanian. Sementara dikalangan umat islam ditandai dengan berbagai artikulasi keagamaan seperti fundamentalisme islam, selain bentuk artikulasi esoteric seperti menggejalanya gerakan sufisme dan tarekat.

Tasawuf (mistik, sufi, olah spiritual) berperan besar dalam menentukan arah dan dinamika kehidupan masyarakat. Keterkaitan manusia modern kepada dunia spiritual, pada intinya ingin mencari keseimbangan baru dalam hidup. Mengisi hidup dan kehidupan dengan visi dan artikulasi sufistik, akan menjadi penawar krisis spiritualitas dewasa ini.



Sumber :

Harun Nasution, Falsafah dan Mistisisme dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1983),Cet.III, h. 56

Wikipedi Indonesia,”Ensiklopedia Bebas Berbahasa Indonesia”

Elizabeth Sirriyeh, Sufi dan Anti-sufi, Terj.dari Sufis and Anti-sufis, (Yogyakarta: Pustaka Sufi, 2003), Cet.I, h.xi

Muhammad Solihin, Melacak pemikiran Tasawuf di Nusantara, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2005), h.1-8
1 Response to "Mistisisme Dalam Sufistik"
Unknown said :
22 Januari 2010 pukul 21.13
assalamualaikum....akhi...
kaifa haluuk...
boleh ukhti gabung??

Posting Komentar

Jumlah Pengunjung Berbagai Negara

Indra's Blog Visitor
Profil Facebook Stif Blass

Sponsored Links